Tidak melihatmu sehari itu tidak sulit,
yang sulit adalah bagaimana cara agar membencimu. Bentuk hatiku sebagian sudah 'cacat',
tak sempurna. Tapi mengapa aku tetap ingin menunggumu untuk melepas rasa
cintamu pada-Nya? bodoh. —apa yang akan kau pilih, Mengukir
retakan atau Menghancurkanku?
Taukah kamu, rasanya terlempar dari
tebing tinggi dan langsung terhempas jatuh tepat di tusukan-tusukan
pecahan kaca? Ya saat baru saja terlempar memang aku merasakan seperti menjadi
burung; terbang. Tetapi, saat jatuh tepatnya di pecahan kaca itu, pedih.
Satu lagi, aku (tepatnya di dalam sini; hatiku) tampak sama seperti pecahan
kaca itu, retak—Rasa itu aku rasakan sama persis
ketika aku tau hatimu sudah pernah terisi oleh-nya. Dan dia masih ada.
Dihatimu. Lucu sekali aku ini, sama sekali tidak menyadari akan
kehadiranya.
Sepertinya baru kemarin aku bersusah payah membiarkan hatiku perlahan-lahan menganga demi mendapatkan kembali sesuap kebahagiaan. Apa mungkin, aku ditakdirkan harus terus mencicipi kepahitan walaupun kebahagiaan telah kurengkuh.
Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal?
Setidaknya memeberikanku satu kode bila hatimu sudah menginginkannya lama
sebelum aku datang (dan aku mulai menyayangimu). Tidak kah kamu memikirkan
perasaanku ini? kurasa tidak. Yaa memang, sepertinya bukan kamu yang
salah. Tapi aku. Aku saja yang bodoh, mau-maunya mengikuti nafsu yang belum
jelas hasilnya. Beginilah hasilnya sekarang, sakit hati.
Rasanya setimpal. Jalan ceritanya sama
saat pertama aku jatuh cinta ;tiba tiba saja kamu datang, dan aku mulai
menyukaimu. Kalau sekarang, jatuh sakit. Bisa dibayangkan kejadiannya seperti
tiba-tiba kalian tersandung sebuah batu ;tidak tau kapan dan dimana batu itu
ada, tiba tiba saja jatuh. Apa ini kebetulan? Tapi yang ku ketahui tidak ada
yang kebetulan.
Dan Tuhan sepertinya terus menginginkan
aku tetap mempunyai rasa yang sama padamu. Jalanku saat ini sudah
melawati celah-celah yang sempit. Yang memungkinkan aku tidak bisa kembali lagi
ke sana, ke jalan seluas-luasnya yang bisa membuatku bebas. Seperti tidak punya
beban. Andai waktu juga bisa di tarik-ulur layaknya perasaan anak ABG jaman
sekarang ;saat aku bisa mengulurnya, aku ingin kembali dimana aku masih balita,
belum mengerti apa itu cinta, dilema, dan...sakit hati. Dan saat aku
menariknya, aku ingin bisa menariknya langsung dimana waktu itu membawaku ke
ruang hati istimewa, bahagia dan membahagiakan.
—apa ini maksud dari pertemuan kita
kala itu? aku tidak mengerti. Nalarku tak berfungsi semenjak kita dipertemukan.
Mungkin kamu yang sudah merenggutnya lagi. Tak cukupkah perasaan cintaku
kau renggut? Hatiku memang sudah retak seperti pecahan kaca itu, tapi
seandainya meretakan saja tidak cukup untuk dirimu, tanpa kau sadari kau
menghancurkanku.
1 Bulan tambah 3 Hari,
setelah dipertemukan.
S
S
2 komentar:
sepertinya memang cukup menyakitkan.. (?)
hi, pembaca setia—tepatnya stalker! hahaha— itu bener banget.
Posting Komentar