Membaca boleh, Menginspirasi Tulisan boleh, COPY PATE tulisan tanpa menyertai NAMA PENULIS ASLI? Jangan Rendahkan dirimu sendiri dengan menjadi PLAGIAT! Tolong hargai HAK CIPTA dan Karya orang lain. Terima Kasih.

Senin, 07 Mei 2012

Hatiku yang Menerimamu


Dulu, aku menganggapmu seperti udara yang berhembus bebas; ada, tapi tak pernah ku hiraukan. Tak pernah menghiraukan semua yang sudah ada di dekatku, yang selama ini berjalan di depan mataku. Tapi mengapa? Mengapa, disaat ini aku tidak bisa menganggap kamu seperti halnya hari kemarin? Yang menghiraukan segala hal itu. Aku mengaggapmu saat ini seperti udara yang hilang, tidak berhembus lagi; sesak, aku sangat membutuhkan mu. 





Aku tidak bisa memahami apa yang kurasakan saat ini. Tapi satu hal yang kutau, aku menyayangi dirimu. Rasa ini jelas tak asing lagi. Rasa itu senang, cemburu, dan kehilangan saat kau tak ada. Semuanya tidak  bisa tergambarkan secara detail, abstrak. Apa ini cinta?

Ya, aku tau, itu rasa yang sempat hilang dulu, saat aku sudah lelah dengan semua hal tentang, apa-itu-yang-mereka-sebut, cinta. Saat ini mungkin kausudah mengembalikannya lagi; mengembalikan rasa yang abstrak itu. Rasa hampa itu sudah kauhilangkan juga dengan kau yang hadir mengisi semua kehampaan ini. 

Harum, sepertinya bunga-bunga sudah mulai bermekaran, sudah lama aku tidak mencium aroma ini. Aku tidak sedang berada pada tempat yang seringkali ada buang-bunga sedang bermekaran tapi, sudah berkali-kali aku memejamkan mata sambil menghirup udara yang berhembus, aroma itu semakin lekat tercium lebut, tenang, menjalar keseluruh tubuh. Hmm, aku mencintai aroma ini…sangat. Apa mungkin hatiku yang mulai bertebaran bunga sejak tadi?

Lihat? Hatiku sudah mulai berteriak lagi. Dia sudah mulai bosan diam membisu rupanya. Berapa banyak kau menaburkan serbuk magnet pada tubuhmu? Karena sepertinya, ia sudah mulai tertarik oleh pesonamu. Jangan salahkan-nya, karena pesonamu itu seperti magis, tuan.

Hanya untukmu ia mulai harum lagi. Hanya untukmu ia meraung menginginkanmu. Dan hanya untukmu juga ia selalu tak bisa diam pada tepatnya, karena berkali-kali ia terus terseret oleh sosokmu yang tak ingin dilepaskan. Layaknya magnet.

Ya, dua kutub magis itu, kutub utara untuk dirimu dan kutub selatan untuk aku. Karena itu, aku terus saja tertarik oleh kutubmu yang memang ditakdirkan harus mengikutimu kemanapun kau pergi. Mungkin ini sudah saatnya hatiku mulai menerima siapa yang hadir.

Tapi, jangan sebut dulu ini cinta.


S

Tidak ada komentar: